Industri
pariwisata menjadi sektor yang layak diperhitungkan untuk mengangkat
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah. Berbagai hasil penelitian telah
menunjukkan adanya korelasi dan kontribusi pariwisata terhadap peningkatan
perekonomian daerah, atau setidak-tidaknya peningkatan taraf ekonomi masyarakat
daerah wisata, karena pariwisata yang berhasil apalagi padat investasi akan
mampu menyerap jumlah tenaga kerja, peningkatan perputaran dan pendistribusian
uang di daerah wisata, serta peningkatan ekonomi masyarakat.
Hasil kajian penelitian Made Dwi Setyadhi Mustika mengenai " Investasi Swasta Sektor Pariwisata dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Bali (Sebuah Analisis Tipologi Daerah)", menyebutkan bahwa tingginya penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali tidak terlepas dari peran pemerintah yang selalu berusaha menciptakan iklim investasi yang kondusif, khususnya di sektor pariwisata sehingga para investor tertarik untuk berinvestasi di Bali. Investasi merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja secara nyata.
Hasil kajian penelitian Made Dwi Setyadhi Mustika mengenai " Investasi Swasta Sektor Pariwisata dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Bali (Sebuah Analisis Tipologi Daerah)", menyebutkan bahwa tingginya penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali tidak terlepas dari peran pemerintah yang selalu berusaha menciptakan iklim investasi yang kondusif, khususnya di sektor pariwisata sehingga para investor tertarik untuk berinvestasi di Bali. Investasi merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja secara nyata.
Made Dwi
Setyadhi Mustika dengan mengacu pada hasil penelitian Samosir (2006) tentang
pengeluaran pembangunan pemerintah daerah sektor transportasi dan investasi
swasta terhadap kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Barat untuk jangka pendek
maupun jangka panjang, dengan menggunakan analisis model linier dinamik tanpa
uji stasioneritas data, dalam hal ini adalah model penyesuaian parsial,
diperoleh kesimpulan bahwa pengeluaran pembangunan pemerintah daerah sektor
transportasi dan investasi swasta berpengaruh positif terhadap kesempatan
kerja. Untuk jangka pendek diperoleh parameter masing-masing 11,14436 dan
0,027151 yang berarti bahwa terjadi kenaikan kesempatan kerja sebanyak 11 orang
bila pengeluaran pembangunan pemerintah sektor transportasi naik Rp1 juta. Dan
terjadi kenaikan kesempatan kerja sebanyak 3 orang bila investasi swasta naik
Rp.100 juta. Untuk jangka panjang diperoleh parameter masing-masing 33,01671
dan 0,080439 yang berarti bahwa terjadi kenaikan kesempatan kerja sebanyak 33
orang bila engeluaran pembangunan pemerintah sektor transportasi naik Rp.1
juta, dan terjadi kenaikan kesempatan kerja sebanyak 8 orang bila investasi
swasta naik Rp.100 juta.
Mengacu hasil
penelitian Siddiqui dan Rajesh (2004) yang meneliti tentang nilai ekonomi pada
industri pariwisata di India, dengan melihat bagaimana pariwisata bisa menjadi
sektor yang penting di India, kaitannya dengan kontribusi yang diberikan pada
GDP dan kesempatan kerja, serta mempelajari dampak dari kenaikan nilai tambah
sektor pariwisata terhadap GDP secara keseluruhan dan juga terhadap kesempatan
kerja di sektor pariwisata, diperoleh hasil penelitian bahwa sektor pariwisata
memberikan kontribusi sebesar 5,8% terhadap GDP dan 8,3% terhadap kesempatan
kerja, yang artinya pariwisata masih menjadi salah satu industri penting di
India.
Analisi
penelitian yang digunakan pada penelitian Made Dwi Setyadi Mustika adalah
analisis tipologi daerah. Analisis ini digunakan untuk mengetahui klasifikasi
daerah, dilakukan dengan menentukan rata-rata investasi swasta sektor
pariwisata sebagai sumbu horisontal,dan jumlah penyerapan tenaga kerja sebagai
sumbu vertikal. Analisis dilakukan berdasar 4 klasifikasi/kategori yaitu a).
daerah 1, yaitu dengan investasi tinggi dan penyerapan tenaga kerja tinggi; b).
daerah 2, yaitu dengan investasi tinggi dan penyerapan tenaga kerja rendah; c).
3. daerah 3, yaitu dengan investasi rendah dan penyerapan tenaga kerja tinggi;
dan d). daerah 4, daerah dengan investasi rendah dan penyerapan tenaga kerja
rendah.
Penelitian I
Ketut R. Sudiarditha, Agus Suman dan Kusnadi (2008), tentang analisis
Pengembangan Sektor Industri Pariwisata "Studi Kasus di Kabupaten Daerah
Tingkat II Karangasem Bali", bertujuan untuk memahami beberapa hal yaitu:
(1) Untuk menganalisis kontribusi pendapatan anggota rumah tangga petani di
daerah pengembangan industri pariwisata terhadap total pendapatan rumah tangga.
(2) Untuk menganalisis ketimpangan distribusi pendapatan antara rumah tangga
petani di daerah pengembangan industri pariwisata. (3) Untuk meng-analisis
pengembangan sektor industri pariwisata di Kabupaten Daerah Tingkat II
Karangasem. (4) Untuk menganalisis peningkatan penyerapan tenaga kerja pada
sektor industri pariwisata di Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem dan
memprediksinya untuk lima tahun mendatang.
Menteri
Koordinasi Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Agung Laksono, pada acara
Kemilau Sulawesi yang digelar Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) di Mamuju,
(Minggu, 10 Juli 2011), menyatakan bahwa pembangunan sektor wisata di Indonesia
mampu menekan angka pengangguran hingga 7,8 persen. "Pembangunan sektor
wisata sangat signifikan dalam membangun ekonomi dan kesejahteraan rakyat
bangsa ini karena berhasil menekan angka pengangguran hingga 7.8 persen di
Indonesia pada tahun ini," ujar Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat. Menurut Menteri Agung Laksono, Sektor wisata juga telah berperan dalam
meningkatkan pendapatan domestrik bruto sekitar 7,6 persen sehingga sektor
wisata telah mampu mendorong peningkatan ekonomi dan kontribusi terhadap
ekonomi negara karena sektor wisata mampu memacu peningkatan ekspor sumber daya
alam Indonesia ke negara luar sekitar 7,5 persen. Oleh karena itu, ia
mengatakan, wisata dianggap salah satu sektor yang dapat membawa kemakmuran
bangsa dan mempercepat pembangunan negara ini, sehingga sektor wisata tersebut
harus dikembangkan di berbagai daerah.
Dari berbagai
hasil penelitian yang dipaparkan diatas, kiranya dapat diambil penegasan bahwa
sektor pariwisata dapat diandalkan menjadi potensi daerah yang masih terbuka
luas untuk ditingkatkan dan dikembangkan. Tidak kalah penting dari hal
tersebut, adalah membuka lebar iklim invetasi di daerah serta menumbuhkan
kesadaran masyarakat bahwa keberhasilan menjadi daerah wisata akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, membuka peluang pasar domestik/lokal untuk pasar
wisata belanja, dan meningkatnya income masyarakat.
RANGKING DEVISA |
- sektor pariwisata dapat diandalkan menjadi potensi daerah yang masih terbuka luas untuk ditingkatkan dan dikembangkan
- wisata dianggap salah satu sektor yang dapat membawa kemakmuran bangsa dan mempercepat pembangunan negara ini, sehingga sektor wisata tersebut harus dikembangkan di berbagai daerah.
- pariwisata yang berhasil apalagi padat investasi akan mampu menyerap jumlah tenaga kerja, peningkatan perputaran dan pendistribusian uang di daerah wisata, serta peningkatan ekonomi masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar