Presiden Joko Widodo baru saja
mengambil kebijakan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Tidak
satu dua kali rakyat Indonesia menerima kebijakan kenaikan harga BBM. Hampir di
setiap rezim pemerintahan, rakyat selalu dihadapkan pada kebijakan kenaikan
harga BBM
Hampir setiap presiden pernah
mengambil keputusan menaikkan harga BBM. Dari tujuh orang presiden RI, hanya
Habibie yang tidak pernah menaikkan harga BBM. Wajar saja mengingat masa
kepemimpinan Habibie hanya seumur jagung. Habibie hanya 18 bulan duduk menjadi
orang nomor satu di negeri ini.
Pada masa pemerintahan Presiden
Soeharto, harga BBM mengalami beberapa kali kenaikan. Pada 1991, Soeharto
menaikkan harga BBM dari semula Rp 150 menjadi Rp 550 per liter. Dua tahun
kemudian, pada 1993, Soeharto kembali menaikkan harga BBM dari menjadi Rp 700
per liter. Hingga akhirnya saat krisis ekonomi menghantam Indonesia, harga BBM
naik menjadi Rp 1.200 per liter pada 5 Mei 1998.
Setelah rezim Soeharto runtuh dan
digantikan Habibie, tidak ada catatan kenaikan harga BBM. Hal ini cukup wajar
mengingat masa kepemimpinan Habibie yang hanya 18 bulan menjadi presiden atau
terhitung sejak 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Selama masa
kepemimpinannya, Habibie justru menurunkan harga BBM dari Rp 1.200 menjadi Rp
1.000 per liter.
Memasuki medio 2000 tepatnya
April 2000 atau di masa-masa awal kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid atau
Gus Dur, harga BBM diturunkan menjadi Rp 600 per liter. Tidak berselang lama
tepatnya Oktober 2000, harga BBM dinaikkan menjadi Rp 1.150 per liter. Pada
Juni 2011, Gus Dur kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 1.450 per liter.
Ketika menjadi presiden Indonesia
kelima, putri Bung Karno yakni Megawati Soekarnoputri juga mengambil kebijakan
serupa. Pada Maret 2002, Megawati menaikkan harga BBM dari Rp 1.450 menjadi
menjadi Rp 1.550 per liter. Mega kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 1.810
per liter di awal Januari 2003.
Selama dua periode
kepemimpinannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tercatat tiga kali menaikkan
harga BBM dan tiga kali pula menurunkan harga bensin. SBY menaikkan harga BBM
menjadi Rp 2.400 per liter pada Maret 2005. Harga BBM kembali naik menjadi Rp
4.500 per liter pada Oktober 2005. SBY kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp
6.000 per liter pada 23 Mei 2008.
Di penghujung 2008 atau menjelang
Pemilu 2009, SBY menurunkan harga BBM menjadi Rp 5.500 per liter. Harga BBM
kembali turun menjadi Rp 5.000 per liter pada 15 Desember 2008. SBY kembali
menurunkan harga BBM menjadi Rp 4.500 per liter pada 15 Januari 2009.
Setahun jelang lengser,
pemerintahan SBY kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 6.500 per liter.
Tepatnya pada 21 Juni 2013. SBY sudah beberapa kali menjelaskan alasannya
mengambil kebijakan yang tidak populis ini. Salah satunya karena tidak ingin
membebani presiden periode berikutnya.
Langkah yang diambil Presiden SBY
ternyata tidak menjamin beban pemerintahan Joko Widodo berkurang. Pemerintahan
Jokowi-JK tersandera anggaran negara yang tak sehat karena tingginya alokasi
anggaran subsidi BBM. Jokowi pun mengambil kebijakan sama seperti
pendahulu-pendahulunya. Kebijakan nonpopulis, menaikkan harga BBM. Padahal,
umur pemerintahannya belum genap satu bulan berjalan.
Semalam, Senin (17/11), Jokowi menaikkan harga BBM sebesar
Rp 2.000 per liter. Mulai hari ini, Selasa (18/11), harga Premium naik dari Rp
6.500 per liter menjadi Rp 8.500 per liter. Harga Solar juga naik dari semula
Rp 5.500 per liter menjadi Rp 7.500 per liter.
- bergantinya masa pemerintahan berpengaruh besar terhadap kenaikan harga bbm
- kenaikan harga bbm sudah menjadi keputusan presiden di masa pemerintahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar